Seiring dengan perkembangan teknologi dan zaman, banyak sekali perubahan yang tak terbayangkan di lingkungan desa, khususnya gaya hidup. Kebanyakan anak sekarang lebih suka kerja di pabrik dari pada harus panas-panasan di sawah(kalau mau kantoran pendidikannya memang kurang), akibatnya generasi penerus sangat kurang. Kemudian masalah telekomunikasi, dahulu orang desa bertelekomunikasi harus datang dan berhadapan langsung, atau bisa menggunakan memo atau surat yang harus disampaikan kepada orang yang dituju, sekarang semua itu sudah jarang dilakukan, jasa wartel sudah tidak berlaku, hampir semua orang desa sudah memiliki yang namanya Handphone(HP) bahkan anak-anak sudah memegang HP(walaupun HP tipe kuno, he he..). Dengan tetangga sebelah saja telepon atau sms-an.
Kalau bagi orang tua mungkin itu(HP) sangat berguna, karena untuk berkomunikasi dengan saudara-saudara yang jauh, atau untuk kepentingan bisnis, yang dikhawatirkan adalah bagi anak-anak yang bisanya hanya minta kepada orang tuanya. Dengan perkembangan tersebut ditambah program tayangan di televisi banyak anak-anak remaja sekarang yang meniru gaya hidup seperti yang ada dalam tayangan tersebut, misalnya mulai mengenal pacaran, janjian, sms-an, telpon sampai lupa waktu. Seperti yang saya tahu misalnya pada bulan puasa yang biasanya diadakan kajian kitab kuning, mereka yang ikut kajian tersebut kebanyakan malah asyik dengan HPnya, sms-an entah dengan siapa mereka sms-an tanpa menyimak kajian yang disampaikan.
Kemudian pengalaman saya yang baru kemarin saya alami, Ketika saya berangkat dari desa menuju kota, saat itu menjelang sholat tarawih (saya sengaja hanya ikut sholat isya' dan tidak ikut sholat tarawih karena harus nyampai di Semarang sebelum jam 9 malam dan ada waktu untuk istirahat sebentar) saat sampai dijalan yang sepi (masih di pedesaan yang kanan kiri adalah sawah) saya pikir ada orang yang siap menghadang orang lewat, ternyata malah sepasang ana-anak yang sedang asyik ketemuan di gelap-gelapan, yang cowok mengenakan sarung yang cewek juga berkerudung. Mereka tidak ikut sholat tarawih malah asyik-asyikan di kegelapan, maksudnya apa coba..?
Maka dari itu bagi kakak-kakak dan orang tua agar memberikan pengertiannya kepada adik dan anaknya untuk berprilaku yang positif, karena saya yakin hal tersebut tidak hanya terjadi di satu desa saja, bahkan ada yang lebih parah.
Demikian terimakasih
Kalau bagi orang tua mungkin itu(HP) sangat berguna, karena untuk berkomunikasi dengan saudara-saudara yang jauh, atau untuk kepentingan bisnis, yang dikhawatirkan adalah bagi anak-anak yang bisanya hanya minta kepada orang tuanya. Dengan perkembangan tersebut ditambah program tayangan di televisi banyak anak-anak remaja sekarang yang meniru gaya hidup seperti yang ada dalam tayangan tersebut, misalnya mulai mengenal pacaran, janjian, sms-an, telpon sampai lupa waktu. Seperti yang saya tahu misalnya pada bulan puasa yang biasanya diadakan kajian kitab kuning, mereka yang ikut kajian tersebut kebanyakan malah asyik dengan HPnya, sms-an entah dengan siapa mereka sms-an tanpa menyimak kajian yang disampaikan.
Kemudian pengalaman saya yang baru kemarin saya alami, Ketika saya berangkat dari desa menuju kota, saat itu menjelang sholat tarawih (saya sengaja hanya ikut sholat isya' dan tidak ikut sholat tarawih karena harus nyampai di Semarang sebelum jam 9 malam dan ada waktu untuk istirahat sebentar) saat sampai dijalan yang sepi (masih di pedesaan yang kanan kiri adalah sawah) saya pikir ada orang yang siap menghadang orang lewat, ternyata malah sepasang ana-anak yang sedang asyik ketemuan di gelap-gelapan, yang cowok mengenakan sarung yang cewek juga berkerudung. Mereka tidak ikut sholat tarawih malah asyik-asyikan di kegelapan, maksudnya apa coba..?
Maka dari itu bagi kakak-kakak dan orang tua agar memberikan pengertiannya kepada adik dan anaknya untuk berprilaku yang positif, karena saya yakin hal tersebut tidak hanya terjadi di satu desa saja, bahkan ada yang lebih parah.
Demikian terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar